Sharing Setelah Seri Gelap: Stalingrad, Bullying-Bunuh Diri, dan Tawaran

Halo. Mungkin bagian sharing ini nggak penting ya haha. Tapi aku cuma ingin yaa… sharing. Hehe. Disarankan sebelum membaca ini, membaca 3 cerita di seri Gelap dulu ya! Hihi.

Seri Gelap ini ditulis sebagai usahaku untuk mulai belajar membuat cerita yang utuh, maksudnya cerita yang ada awal, isi, dan akhir. Karena sebenarnya aku sering banget bikin cerita yang berbentuk pecahan, yang suka tiba-tiba menceritakan suatu kejadian tanpa tahu penyebab atau akhirnya gimana. Ya contohnya bisa dilihat di work “Kicau” di akun wattpadku (wattpad.com/fictionara). Ada Stairway to The Star, Selamanya, dan lainnya yang memang nggak jelas (tapi sebenarnya sangat bermakna buatku sendiri).

Dalam Seri Gelap ini, banyak aku selipkan perspektif aku tentang dunia, yang secara mengejutkan (bahkan untuk diri aku sendiri) begitu gelap dan penuh kebencian. Why am I full of hatred? :” Muehehe. Bagian pertama aku tulis saat aku lagi sedih-sedihnya. Sedih nggak bagian satu? Atau biasa aja? Wkwk. Tapi yang paling aku suka adalah bagian dua, karena aku memang terbawa emosinya Rona haha. Saat menulis bagian kedua, aku bahkan hampir nangis haha. Bagian ketiga menurutku adalah yang paling berantakan, karena aku mulai nulis cerita pecahan lagi :’( dan narator yang berganti-ganti. Aku nggak tahu mau nulis apa di bagian ketiga, sebenarnya haha, but I wrote something anyway.

Saat aku menulis bagian kedua, “Surat-surat dan Berita”, aku baru selesai membaca buku “Neraka di Stalingrad.” Buku ini berisi sedikit fakta-fakta sejarah seputar perang dunia II, kebijakan-kebijakan (tidak bijak) yang diambil Hitler atas pasukan di Stalingrad, dan surat-surat terakhir dari tentara-tentara di Stalingrad yang sedang dikepung oleh pihak Rusia.

Aku baca surat-surat itu, surat-surat untuk ayah, istri, semua orang-orang terkasih yang sayangnya tidak pernah sampai pada mereka. Surat-surat itu gelap dan mendung. Ada seseorang yang ingin melihat bintang lebih lama lagi, tapi dia tahu hidupnya nggak akan lama lagi. Ada seorang suami yang nyuruh istrinya nikah lagi. Ada seorang pianis yang kehilangan tiga jarinya di setiap tangan, ada yang melihat musuh sekarat karena dia sendiri. Ada yang kakinya diamputasi dan masih berharap bisa pulang. Semua hal itu mempengaruhi aku. Aku sedih banget baca itu semua. Tragedi kemanusiaan selalu yang paling tragis.

Nah, saat sedih itulah aku menulis “Surat-Surat dan Berita”. Aku berniat memperlihatkan sedikit surat-surat dan tulisan Garla, tapi ternyata aku malah larut dengan inner-self-nya Rona. Tapi kabar baiknya, kesedihan itu mengalir dan membentuk seorang Garla. Karakter yang bagi aku sangat nyata, karena aku bisa melihat wajahnya yang tanpa ekspresi saking lelahnya dia dengan dunia. Aku bisa melihat kamar Garla. Kamar bercat merah yang temaram dan tambah sepi setelah kepergian Garla.

Nama Garla terinspirasi dari nama sebuah tempat di cerita pendek berjudul “Back The Way You Went” karya Anne Carson. Salah satu nama tempat di cerpen itu Garland. Sebenarnya aku nggak terlalu mengerti dengan bagian cerita yang satu itu. Bagian cerita itu terlalu implisit. Tapi itulah yang membuat aku memilih nama itu. Sebab aku tidak begitu mengerti apa yang terjadi di Garland, aku jadi memilih Garla untuk nama Garla, sebab tidak ada yang mengerti Garla.

Aku juga selalu ingin membuat cerita dengan tema bullying, dan akhirnya aku membuatnya setelah sekian lama. Sekian lama setelah aku tahu sebuah kasus bullying yang benar-benar aku ingat dan korbannya aku sayang sekali. Back then when I was an eight-grade student, aku nonton tayangan ulang Oprah di Metro TV. Hari itu judulnya “Bullying to Death.” Udah cukup creepy, belum? Ada kasus bullying-nya Ryan Halligan (kisah lengkapnya bisa dicari di internet) yang dibully secara cyber dan dengan kata-kata sampai ia memutuskan untuk gantung diri di kamar mandi. Kisah itu bener-bener heart-breaking dan sejak saat itu aku bertanya-tanya kenapa manusia bisa sebegitu jahatnya sama sesamanya? Just, why? I don’t get it.

Kisah Ryan Halligan diceritain sama ayahnya, John Halligan yang aku masih inget banget, wajahnya dingin banget, bukan jenis dingin orang-orang yang nggak peduli, tapi jenis dingin dimana kesedihan paling sedih ada disana dan dia udah pasrah sepasrah-pasrahnya. Dari situ aku bertanya: kenapa bisa manusia mengambil kebahagiaan orang lain begitu aja? Dan kamu tahu? Dengan entengnya dia bilang dia nggak benci orang-orang yang bikin Ryan kayak gitu. Dia hanya benci tindakan mereka. Mungkin karakter Oom Galih terinspirasi dari John Halligan dan keluarganya yang super tabah.

Seri Gelap aku buat akan keprihatinanku tentang orang-orang macam Ryan Halligan, macam Garla yang nggak pantas dapat semua itu. Kenapa, orang-orang yang baik, yang pantang menyakiti orang lain menjadi orang-orang yang paling menderita? Kenapa orang-orang seperti mereka harus kalah dari dunia yang liar dan jahat? :(

Dan sekarang, aku ingin mengambil bagian lebih,

Untuk kamu yang butuh tempat sampah untuk mengungkapkan isi hati kamu, kesusahan-kesusahan kamu, kamu boleh kirim surat ke e-mailku, dinarniall13@gmail.com.
Tapi, aku nggak janji akan merespon dengan solusi. Aku ada disana hanya untuk ‘mendengarkan’. Lagipula, seringkali kita tidak butuh kan yang namanya dikomentari, direspon, dan dinasehati? Terkadang kita hanya perlu didengar, dan itu saja sudah cukup.

Aku akan ada di sana untuk mendengarkan kamu, menjadi tong sampahmu. Tenang aja, insyaAllah rahasiamu aman bersamaku. Karena aku tahu betapa pentingnya privasi dan betapa pentingnya ‘dinding’ bagi kita-kita yang tidak memercayakan orang lain untuk semua rahasia kita, dan kita-kita yang bahkan tidak percaya pada diri sendiri dan sering menganggap diri sendiri tidak ada apa-apanya dan tidak berharga. (BAH APALAH DIIIIN)

Ya, itu jika kamu mau.

Sharing ini sampai disini. Terimakasih sudah membaca cerita-ceritaku dan mau membaca sharing yang udah kayak curhat ini. Hehe.


Tolong, berbahagia selalu ya siapapun kamu :)

Komentar

  1. Do you ever feel like hard to talk to other people? Yeah because I feel difficult to socialize with other people who just I recognize..or I will send you e-mail :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. I feel it everytime, actually, hehe. and even though they become friends and I know them well, I still feel the difficulty. Maybe my world extremely different that I can't link what I know to theirs? Feel free to send e-mail :p maybe we can discuss how to deal with this kind of shit. eh? haha.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer