Fan-Fiction: Dalam Kematian

Disclaimer: Masashi Kishimoto owns all Naruto characters. I wish own Obito…

Didedikasikan untuk kind-hearted man yang meskipun jahat, tapi karena dasarnya baik ya jadi baik lagi. Selamat ulang tahun ya, Uchiha Obito. I love you dah.

---

Obito tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Siapa yang mengira kebahagiaanya ada dalam kematiannya sendiri. Rin datang menjemputnya untuk menuju kehidupan berikutnya. Obito sangat bahagia, ditambah rindu yang selama ini ia pendam membuatnya merasa ingin meledak. Selain itu, Kakashi tidak ada disini. Tidak akan ada yang mengganggunya ketika ia sedang bersama Rin.

Dia sendirian. Tidak ada yang tersisa untuknya.*

Kata-kata zetsu hitam berputar kembali di pikirannya. Sendirian? Siapa bilang? Disini ada Rin, orang pertama yang paling ia harapkan ada di sisinya; orang yang paling peduli kepadanya, selalu mengawasinya bahkan dalam kematian sekalipun; orang yang sangat berarti baginya sampai dunia yang mengambil Rin darinya pun hampir ia hancurkan.

Ia akan dibenci oleh aliansi dan musuh. Tak ada teman atau saudara yang akan bersedih untuknya.*

Obito tertawa dalam hati. Siapa yang peduli ia akan dibenci oleh aliansi dan juga Madara. Ia tidak peduli. Hanya pendapat Rin yang berarti baginya. Hanya sikap Rin yang penting baginya. Siapa yang peduli seluruh manusia di muka bumi membencinya jika Rin sudah memaafkannya? Dan ngomong-ngomong soal bersedih, bukankah Kakashi masih hidup? Ia yakin Kakashi akan bersedih untuknya. Melihat masa lalu saja, Kakashi bahkan selalu mengunjungi pusaranya dan pusara Rin. Tidak memungkinkan ia akan melakukan hal yang sama lagi. Tunggu, mungkin tidak jika ia menjadi hokage. Ia akan sangat sibuk. Ah....siapa yang peduli?

Dia sudah kehilangan orang yang dicintainya, dan juga menggapai impiannya.*

Ya, ia memang kehilangan orang yang dicintainya. Tapi itu dulu. Sekarang orang yang dicintainya telah kembali, ada di depan kedua matanya. Tersenyum manis kepadanya. Rambut coklatnya masih terlihat sama seperti dulu. Matanya pun begitu, bahkan lebih indah. Ia senang melihat mata itu lagi setelah melihat sinarnya pernah redup, diambil oleh chidori Kakashi yang menyilaukan itu. Dan ngomong-ngomong soal menggapai impian, ia memang tidak bisa menggapai impiannya menjadi seorang hokage. Tapi ia mewariskan impiannya itu kepada Kakashi dan Naruto. Ia tidak apa-apa tidak menjadi seorang hokage. Sungguh, itu bukan impian utamanya. Impian utamanya adalah membuat Rin kagum kepadanya, membuat Rin jatuh cinta kepadanya.

Dia telah dimanfaatkan, kehilangan tempat yang seharusnya…*

Dimanfaatkan. Memang, ia sudah dimanfaatkan—dengan kejam. Madara bisa dengan mudah membuatnya kehilangan harapan dengan mengambil satu-satunya cahaya yang bersinar terang di dunia shinobi yang kejam itu. Dan bodohnya ia tidak menyadari bahwa itu adalah trik yang dimainkan oleh Madara dan zetsu hitam. Karena hal itu, ia bahkan kehilangan tempatnya pulang, Konoha. Semua mungkin tidak akan seperti ini jika ia pulang, terlebih lagi memaafkan Kakashi yang sudah membunuh Rin—dengan tidak sengaja. Tapi ia diliputi kegelapan setelah kejadian itu. Ia kehilangan orang yang dicintainya, kehilangan harapan akan perdamaian, kehilangan kepercayaan atas sistem yang ada, kehilangan tempatnya pulang, bahkan kehilangan dirinya sendiri.

“Obito?” suara Rin membuyarkan semua pikiran Obito.
“Rin?”Obito kemudian tersenyum, lebar dan cerah, seperti yang selalu ia perlihatkan pada Rin dulu.

“Kau memikirkan apa?” tanya Rin penasaran.

“Tidak.” Obito tersenyum lagi, kali ini lebih cerah dan ceria dibanding sebelumnya. Ia memutuskan tidak lagi memikirkan masa lalu. Kini ia hanya ingin berdua saja dengan Rin. Ia ingin menceritakan banyak hal pada Rin, mengobrol hingga waktu tidak lagi terasa ada. Ia ingin terus bersama Rin di dunia selanjutnya, dunia yang menunggu mereka.

---

*Dikutip dari Naruto Chapter 687

Komentar

Postingan Populer