Jutek
Dulu, saat aku masih bisa duduk-duduk tidak jelas di kelas dan jalan-jalan kesana kemari dengan bebas, aku kira aku akan mendapatkan pekerjaan yang sangat keren setelah lulus. Aku juga mengira, pekerjaanku akan sangat menyenangkan dan dikelilingi oleh orang-orang yang menyenangkan pula. Tapi, itu dulu. Saat itu aku membayangkan diriku bekerja di industri fashion.
Sekarang, sesuai dugaanku dulu, angan-angan itu begitu mudah pupus disapu berbagai hal mulai dari A hingga Z. Hari ini, bukannya berada di industri fashion ternama, aku malah bergabung di sebuah bank swasta yang ternama. Bukan masalah pekerjaan disini lebih buruk daripada pekerjaan di industri fashion, hanya saja aku kurang suka. Aku yang dulu menjadi kepala divisi tata rias dan kostum teater kampus, aktif membuat make-up tutorial, dan sebagainya, hari ini bekerja di dunia yang tidak kusukai.
Tapi, bagian yang paling buruk bukan soal itu, melainkan soal rekan kerjaku, seorang wanita berusia empat puluh tahun yang masih cantik, bahkan aku sendiri pun kalah olehnya. Hanya saja, sayangnya, jutek minta ampun.
Kamu tahu kan bagaimana stereotipe orang jutek?
Aku takut, tapi kau tahu, bukan jenis takut seperti takut kecoa, apalagi takut pada yang punya alam semesta. Kau tahu, takut, seperti takut diabaikan, takut dimarahi, takut-takut seperti itulah. Tapi, ada yang mengagetkan. Suatu hari sepatu hak tinggiku patah dan aku tentu saja jatuh, mengenai meja. Dahiku sampai berdarah. Saat istirahat tiba, wanita jutek itu mengantarku ke klinik paling dekat. Sepulangnya, aku ditraktir dua mangkuk mie ayam ditambah secangkir es jeruk.
Setelah sebelumnya aku memberitahumu buruk-buruknya, sekarang aku memberitahumu yang bagus-bagusnya:
Bagian bagus dari pekerjaanku sekarang, gajiku lebih dari cukup dan aku memiliki rekan kerja yang mengajarkanku, jangan menilai seseorang dari apa yang terlihat.
Aku cukup puas dengan bagian bagusnya.
---
N.R
Majalengka, 5 Januari 2017
KKN Hari pertama.
Sekarang, sesuai dugaanku dulu, angan-angan itu begitu mudah pupus disapu berbagai hal mulai dari A hingga Z. Hari ini, bukannya berada di industri fashion ternama, aku malah bergabung di sebuah bank swasta yang ternama. Bukan masalah pekerjaan disini lebih buruk daripada pekerjaan di industri fashion, hanya saja aku kurang suka. Aku yang dulu menjadi kepala divisi tata rias dan kostum teater kampus, aktif membuat make-up tutorial, dan sebagainya, hari ini bekerja di dunia yang tidak kusukai.
Tapi, bagian yang paling buruk bukan soal itu, melainkan soal rekan kerjaku, seorang wanita berusia empat puluh tahun yang masih cantik, bahkan aku sendiri pun kalah olehnya. Hanya saja, sayangnya, jutek minta ampun.
Kamu tahu kan bagaimana stereotipe orang jutek?
Aku takut, tapi kau tahu, bukan jenis takut seperti takut kecoa, apalagi takut pada yang punya alam semesta. Kau tahu, takut, seperti takut diabaikan, takut dimarahi, takut-takut seperti itulah. Tapi, ada yang mengagetkan. Suatu hari sepatu hak tinggiku patah dan aku tentu saja jatuh, mengenai meja. Dahiku sampai berdarah. Saat istirahat tiba, wanita jutek itu mengantarku ke klinik paling dekat. Sepulangnya, aku ditraktir dua mangkuk mie ayam ditambah secangkir es jeruk.
Setelah sebelumnya aku memberitahumu buruk-buruknya, sekarang aku memberitahumu yang bagus-bagusnya:
Bagian bagus dari pekerjaanku sekarang, gajiku lebih dari cukup dan aku memiliki rekan kerja yang mengajarkanku, jangan menilai seseorang dari apa yang terlihat.
Aku cukup puas dengan bagian bagusnya.
---
N.R
Majalengka, 5 Januari 2017
KKN Hari pertama.
Komentar
Posting Komentar