Pendorong Gerobak
Pakaiannya lusuh. Tidak heran, ditelusurinya jalanan hingga kampung-kampung untuk mencari barang-barang rongsokan yang masih bisa dijual. Setiap hari, selalu begitu, pagi-pagi sekali hingga matahari sudah mengabur di cakrawala. Dengan sekuat tenaga dan sisa-sisa tenaga, ia dengan sabar mendorong gerobak penuh botol-botol plastik bekas minuman dan kardus-kardus bekas makanan ringan, makanan dan minuman yang jarang sekali ia konsumsi.
Dalam gerobak dorong itu, seorang gadis kecil juga asik bermain-main dengan botol, barangkali menyamakan bentuk atau warna yang ada. Sesekali mulutnya bergerak, bertanya sesuatu kepada ibunya. Mungkin juga bukan pertanyaan, bisa saja gadis kecil itu sedang memuji botol dengan desain ciamik yang tidak ia mengerti. Gadis kecil itu tersenyum bahagia, tidak peduli kepenatan kota yang ada di sekitarnya. Tidak peduli mobil-mobil yang lewat silih berganti. Tidak peduli udara kotor yang harusnya tidak ia hirup ke paru-parunya.
Wajah lelah karena mendorong gerobak seharian penuh terlihat jelas. Seiring dengan ditelannya langit sore oleh malam, wanita itu berjalan pulang, bersama gadis kecilnya tercinta, pulang ke tempat yang mereka sebut rumah. Barangkali sepetak tanah, barangkali emperan toko orang, barangkali kamar sempit di lingkungan kumuh, barangkali rumah ayah dan ibu mertua, atau mungkin kemungkinan-kemungkinan lain yang tidak pernah diketahui orang-orang yang baik-baik saja. Wanita dan gadis kecilnya itu mungkin akan memakan sesuatu setelah sampai rumah. Makanan apa saja hingga syukur selalu menyertai perkataan mereka.
Pernah sekali, mereka yang lain muncul di layar televisi. Mungkin apa yang ada di tabung kaca itu lahir dari mereka, seperti kata-kata yang ada disini. Mereka barangkali tidak pernah tahu jika mereka adalah sejenis inspirasi, dan pengingat tentang bersyukur. Mereka tidak tahu. Barangkali tabung kaca tidak ada di rumah. Barangkali terlalu sibuk menjemput rejeki. Barangkali terlalu sibuk menghidupi hidup yang dipunya. Wanita dan gadis kecil itu terlalu sibuk menjadi kuat dan tahan tempaan bersama-sama. Bersama-sama menjalani hidup yang katanya handa senda gurau dan canda—dengan tabah.
---
Untuk wanita pendorong gerobak,
dan gadis kecilnya.
Semoga kebaikan selalu tertuju pada mereka.
N.R.
Bandung, 2 Januari 2017
Dalam gerobak dorong itu, seorang gadis kecil juga asik bermain-main dengan botol, barangkali menyamakan bentuk atau warna yang ada. Sesekali mulutnya bergerak, bertanya sesuatu kepada ibunya. Mungkin juga bukan pertanyaan, bisa saja gadis kecil itu sedang memuji botol dengan desain ciamik yang tidak ia mengerti. Gadis kecil itu tersenyum bahagia, tidak peduli kepenatan kota yang ada di sekitarnya. Tidak peduli mobil-mobil yang lewat silih berganti. Tidak peduli udara kotor yang harusnya tidak ia hirup ke paru-parunya.
Wajah lelah karena mendorong gerobak seharian penuh terlihat jelas. Seiring dengan ditelannya langit sore oleh malam, wanita itu berjalan pulang, bersama gadis kecilnya tercinta, pulang ke tempat yang mereka sebut rumah. Barangkali sepetak tanah, barangkali emperan toko orang, barangkali kamar sempit di lingkungan kumuh, barangkali rumah ayah dan ibu mertua, atau mungkin kemungkinan-kemungkinan lain yang tidak pernah diketahui orang-orang yang baik-baik saja. Wanita dan gadis kecilnya itu mungkin akan memakan sesuatu setelah sampai rumah. Makanan apa saja hingga syukur selalu menyertai perkataan mereka.
Pernah sekali, mereka yang lain muncul di layar televisi. Mungkin apa yang ada di tabung kaca itu lahir dari mereka, seperti kata-kata yang ada disini. Mereka barangkali tidak pernah tahu jika mereka adalah sejenis inspirasi, dan pengingat tentang bersyukur. Mereka tidak tahu. Barangkali tabung kaca tidak ada di rumah. Barangkali terlalu sibuk menjemput rejeki. Barangkali terlalu sibuk menghidupi hidup yang dipunya. Wanita dan gadis kecil itu terlalu sibuk menjadi kuat dan tahan tempaan bersama-sama. Bersama-sama menjalani hidup yang katanya handa senda gurau dan canda—dengan tabah.
---
Untuk wanita pendorong gerobak,
dan gadis kecilnya.
Semoga kebaikan selalu tertuju pada mereka.
N.R.
Bandung, 2 Januari 2017
Komentar
Posting Komentar