About Grace: Fiksi Rasa Realita

Cover About Grace.
Sumber Gambar: http://d28hgpri8am2if.cloudfront.net/book_images/onix/cvr9781476789019/about-grace-9781476789019_hr.jpg

In memory, in story, in the end, we can remake our lives any way we need.” –David Winkler

Bagi saya, karya fiksi itu selalu terlalu utopis atau terlalu distopis, tragis atau ajaib, dan membingungkan tapi bermakna. About Grace menambah kesan baru bagi saya, yaitu realistis. Bagaimana tidak, About Grace karya Anthony Doerr ini adalah novel-paling-dekat-dengan-realita yang pernah saya baca. Isi novel ini ‘realita sekali’, dalam kata lain sih pahit, menyedihkan, nyebelin, ngeselin, tapi walaupun begitu, hal baik juga pada akhirnya datang.

Pertama kali membaca judulnya, saya kira About Grace ini novel romance, ternyata bukan. Saya kira Grace itu pacarnya atau istrinya, ternyata bukan. Banyak hal yang tidak sesuai ekspetasi saya, tapi bukan berarti novel ini mengecewakan. Novel ini, seperti saya bilang sebelumnya, sangat berasa realita. About Grace tidak terlalu utopis atau terlalu distopis. About Grace just in the right amount of feeling, tidak lebay, tidak memaksakan.

About Grace adalah novel mengenai keluarga, pilihan, dan takdir.

David Winkler, seorang hydrologist yang terobsesi pada Kristal es jatuh cinta pada Sandy, tapi, masalahnya, Sandy sudah memiliki suami. Namun hubungan mereka tetap berlanjut hingga Sandy mengandung anak Winkler dan Winkler mengajak Sandy lari bersamanya ke luar kota, memulai hidup baru dengan Winkler, dan calon anak mereka.

Masalah selanjutnya muncul saat Winkler bermimpi anaknya, Grace, mati tenggelam karena banjir yang melanda. Winkler yang memiliki kemampuan spesial berupa melihat kematian seseorang melalui mimpinya kemudian ketakutan dan pada akhirnya memilih pergi, menjauh dari Grace dan Sandy. Winkler pergi jauh hingga ke Amerika Selatan, bertahun-tahun lamanya.

Namun setelah 25 tahun tinggal di Amerika Selatan, ia kembali ke Alaska untuk mencari tahu keadaan Sandy dan Grace. Belakangan, berdasarkan informasi yang Winkler dapat, ia mengetahui jika Sandy sudah meninggal. Namun keadaan dan keberadaan Grace masih menjadi misteri. Pertanyaan apakah Grace masih hidup, selamat dari banjir, atau sudah mati menghantuinya. Dengan informasi yang ia dapat, ia mencari Grace Winkler ke berbagai kota di beberapa negara bagian Amerika.

There are many Grace Winklers and all of them are real Grace Winkler. So in that way your journey will never be done.” –Jed 

Menurut saya pilihan Winkler meninggalkan Sandy dan Grace membuat hidupnya menyedihkan dan sedikit berantakan, tapi hal tersebut memperlihatkan betapa pilihan-pilihan yang kita buat itu penting karena akan sangat berpengaruh pada keseluruhan hidup kita di masa depan. Winkler yang memilih pergi pun harus menghadapi konsekuensi dibenci Sandy, dan mungkin Grace, dan kehilangan mereka selamanya.

Perjalanan Winkler untuk menemukan Grace menjadi perjalanan yang menarik karena muncul perasaan-perasaan yang sangat khas dunia nyata: perasaan putus asa, sedih, menyesal, takut, berharap. Winkler bahkan berbuat cukup nekat dengan masuk tanpa izin ke rumah salah satu Grace Winkler. Winkler pun dianggap sebagai pencuri dan dipukuli oleh Grace Winkler lain—bukan Grace Winkler anaknya.

Saya mengira diantara sembilan Grace Winkler yang sedang dicari akan muncul anak kandungnya, tapi seperti kenyataan, hasil pencarian Winkler pahit. Nihil. Ia tidak menemukan anaknya di antara sembilan Grace yang ia cari. Karena perjalanan itu pula, ia celaka, tersesat di hutan, dan mati-matian berusaha bertahan hidup.

Pada akhirnya, takdir mengantarkannya ke tempat awal, tempat ia dilahirkan dan tumbuh, tempat ia bertemu Sandy, yaitu Anchorage. Bersama Naaliyah, anak Felix, orang yang membantunya selama ia di Amerika Selatan, ia tinggal dan memulai lagi hidupnya di Anchorage, dan mencoba peruntungannya dengan menanyakan Grace pada Herman Wheeler, suami Sandy dulu.

Seperti kutipan di atas, “[i]n memory, in story, in the end, we can remake our lives any way we need,” Winkler mengatur kembali hidupnya, menjadi apa yang ia butuhkan. Ia kembali bekerja, kembali meneliti Kristal es, dan yang paling penting, mencoba membuka kesempatan, menebus kesalahan, dan hidup dengan baik di Anchorage, Alaska.

Apa Winkler pada akhirnya bertemu Grace? Mungkin akan lebih baik anda temukan sendiri jawabannya.

Saya sangat setuju jika gaya menulis Anthony Doerr ini campuran yang pas dari scientific dan poetic, seperti di All The Light We Cannot See. Doerr mengolah sains menjadi kata-kata indah. Sains yang puitis. Jika di All The Light We Cannot See Doerr membuat pembaca jatuh cinta pada cahaya dan radio, di About Grace, Doerr membuat air serta kristal es tampil begitu cantiknya dalam sajian kata-kata yang puitis.

About Grace juga menyimpan kalimat-kalimat quotable tentang kehidupan manusia pada umumnya. Tentang harapan, keinginan ditolong, jatuh cinta yang tidak mengenal pilih-pilih, kenangan, dunia, kematian, keluarga, dan perasaan lainnya. Doerr juga memadukan narasi dan deskripsi dengan begitu apiknya sehingga cerita tidak begitu membosankan karena melulu diberi deskripsi. Untuk novel perdana, About Grace sangat mengagumkan.

About Grace merupakan fiksi rasa realita. Dengan kepahitan perjalanan hidup seorang David Winkler dan pilihan hidupnya yang menurut saya sangat menggambarkan apa yang ada di realitas. Segala perasaan yang dimunculkan di About Grace juga sangat khas perasaan-perasaan yang muncul di kenyataan. Kenyataan tidak semenyedihkan fiksi, tetapi tidak juga semenyenangkan fiksi. It's just right.

Komentar

Postingan Populer