Resensi: The Invisible Bridge karya Julie Orringer



A man doesn’t always find himself where he wants to.” –Andras Levi

Novel holocaust yang satu ini sangat menarik karena mengambil setting tempat di Hungaria, negara yang menurut saya jarang sekali disebutkan saat orang-orang bilang daftar negara-negara yang diduduki Jerman pada masa Perang Dunia II. Biasanya, untuk negara-negara yang diduduki Jerman, banyak yang menyebutkan Perancis, Austria, Polandia, lalu “dan lain-lain.”  Karena mengambil Hungaria sebagai latar utamanya, tentu saja yang diangkat adalah sejarah Hungaria yang nantinya tentu berhubungan dengan sejarah Jerman, lalu Perang Dunia II. Inilah yang menarik, bagaimana Hungaria terlibat di sejarah manusia yang paling kelam.

The Invisible Bridge berkisah mengenai perjuangan keluarga Levi dan keluarga Hasz untuk bertahan hidup sebagai orang Yahudi di Hungaria. Hidup mereka saat Hungaria masih sebagai sekutu Jerman lebih mudah daripada orang Yahudi lain karena Budapest masih bisa dikatakan aman. Orang Yahudi di Hungaria masih bisa memiliki apartemen dan lain sebagainya. Tapi dengan menjadi sekutu Jerman, Hungaria harus menyiapkan warganya untuk menjadi pekerja kasar di berbagai titik labour camp. Andras Levi, tokoh utama di The Invisible Bridge tentu saja salah satunya. Ia harus pulang ke Hungaria dan berhenti sekolah arsitektur di Paris selama beberapa waktu dan bekerja di labor camp (Munkazolgalat) selama dua tahun. Begitu pula dengan saudaranya, Tibor Levi, yang saat itu tengah menuntut ilmu kedokteran di Italia dan Matyas Levi, si bungsu dari Levi Brother.

Di tempat labour camp pertamanya, Andras Levi bertemu dengan teman masa kecilnya, Mendel Horovitz (yang diketahui juga sebagai mantan atlet olimpiade). Ke depannya, duo ini akan terus bersama di berbagai titik labour camp (101/18th, Banhida Labour Camp, 79/6th, Typka, dan 55/10th) dan membuat masalah bersama. Setelah menerjunkan dirinya di dunia jurnalistik, Mendel Horovitz mengajak Andras untuk membuat koran di setiap tempat labour camp mereka yang pada akhirnya selalu membuat mereka dalam masalah.

Menjadi orang Yahudi di Eropa saat Perang Dunia 2 bukan hanya masalah satu-satunya yang dihadapi. Keluarga Hasz—keluarga istri Andras, Klara—harus menghadapi pemerasan oleh oknum administrasi Budapest karena masa lalu Klara. Klara berada dalam bahaya. Selain itu, kembalinya Tibor yang melihat pembantaian kaum Yahudi di Delvidek juga membuat mereka yakin tidak ada kata aman sebelum mereka semua keluar dari Eropa. Andras dan Tibor pun mengatur cara agar mereka, beserta istri dan anak, beserta ibu dan ayah, dan mungkin adik mereka, Matyas (yang saat itu sedang dikirim ke garis depan di Belgorod, Rusia) bisa keluar dari Eropa dengan bantuan Miklos Klein. Tapi, rencana tersebut gagal karena kepindahan labour camp Andras yang sangat tiba-tiba ke Typka, Ukraina, tiga hari sebelum keberangkatan ke Palestina.

Labour camp di The Invisible Bridge juga membuka perspektif baru tentang Perang Dunia 2. Bagaimana, labour camp dan tentara bekerja berdampingan. Bahwa, yang “membuka” jalan untuk tentara Jerman ke garis depan adalah orang-orang di labour camp, yang mengangkut persediaan untuk orang-orang di garis depan adalah orang-orang di labour camp, yang bekerja menggali bahan bakar adalah orang-orang labour camp, yang memetakan jalan, dan lain sebagainya.

Di The Invisible Bridge juga diceritakan sudut lain bagaimana pasukan Jerman di garis depan sedikit-sedikit menuju kekalahannya. Bagaimana pasukan yang biasanya menuju ke garis depan di Rusia, saat itu malah berbalik arah dengan truk yang penuh dengan orang-orang terluka dan bagaimana orang-orang di labour camp hingga dikejar oleh Rusia yang saat itu sudah menembus pertahanan Jerman.

Segala tragedi yang sebelumnya disebutkan, bagaimanapun, bukanlah puncak segala penderitaan keluarga Levi dan Hasz. Puncak penderitaan terjadi saat Jerman dan Hungaria bukan lagi sekutu, namun terjadi saat Jerman telah mengambil alih Hungaria. Saat itulah orang-orang Yahudi mulai ditangkap, dikirim ke ghetto, concentration camp, dan death camp, dan juga dipanggil untuk bekerja di labor camp di berbagai wilayah kekuasaan Jerman.

Andras Levi, Tibor Levi, dan Jozsef Hasz berada dalam kelompok yang sama di 55/10th. Disana pula mereka mengalami banyak hal, sakit, dikejar Rusia, hingga truk mereka yang terkena ranjau. Andras yang selama ini kuat di berbagai labor camp juga mulai sakit hingga sekarat, begitu pula Jozsef. Hanya Tibor yang cukup sehat, namun hal tersebut membuat ia harus pergi untuk bekerja di labour camp lain.

Kekurangan dari The Invisible Bridge ini ada pada plot kisah cinta Andras dan Klara yang sangat detail hingga menghabiskan setengah buku lebih hanya untuk menceritakan kisah cinta mereka. Kisah cinta Andras dan Klara yang dimulai semenjak Andras menginjakkan kaki di Perancis, hingga pulang bersama ke Hungaria dan menikah terlalu detail, bertele-tele, dan membuat laju novel sangat lambat. Lainnya, adalah adanya plot hole mengenai sebab dan bagaimana Andras dan Joszef Hasz pulang dari Typka, Ukraina. Kepulangan Andras dan Joszef Hasz ke Budapest yang tidak diceritakan. Padahal, menurut saya, ini penting sekali. Apa yang membuat seseorang bisa pulang dari tempat yang berdekatan dengan garis depan? Saya pikir jika sebab kepulangan Andras diceritakan, The Invisible Bridge akan semakin terasa realistis.

Namun terlepas dari kekurangan tersebut, The Invisible Bridge karya Julie Orringer ini menerima berbagai macam penghargaan seperti Paris Review’s Discovery Award, Pushcart Prize, the Northern California Book Award, dan masih banyak lagi. Julie Orringer sendiri merupakan penulis dan dosen di Amerika. Orringer juga menulisa karya lain yaitu, How To Breath Under Water yang diterbitkan pada tahun 2003.

Alfred Tibor.
Sumber gambar: http://www.dispatch.com/storyimage/OH/20111211/ENTERTAINMENT/312119762/AR/0/AR-312119762.jpg


The Invisible Bridge juga memuat kisah nyata keluarga Alfred Tibor, seorang pemahat terkenal sekaligus merupakan kakek Julie Orringer. Dalam The Invisible Bridge ini, ia diwakilkan melalui karakter Matyas Levi dan Mendel Horovitz. Matyas Levi dikisahkan dikirim ke labour camp di Belgorod, Rusia dan merupakan satu-satunya keluarga Andras yang selamat. Afred Tibor ditugaskan bekerja di labour camp di Belgorod lalu ditahan oleh Rusia di war-prisoner camp di Siberia. Alfred Tibor menjadi satu dari dua orang yang selamat dari Siberian Camp tersebut. Alfred Tibor juga pernah berkarir sebagai pesenam namun tidak bisa mengikuti Olimpiade Berlin karena anti-semitism. Pengalaman Alfred Tibor yang satu ini diwakilkan pada tokoh Mendel Horovitz. Alfred Tibor terlahir dengan nama Alfred Goldstein, namun mengubah nama belakangnya menjadi Tibor untuk menghormati kakak mereka, Tibor Goldstein, yang meninggal di camp tahanan perang di dekat perbatasan Austria.

The Invisible Bridge membuka sejarah lain Perang Dunia II dan Holocaust di negara Hungaria. Namun, sama seperti keadaan pada masa itu, novel ini begitu menyimpan banyak duka, ketakutan, dan penderitaan akan tragedi Perang Dunia II.

Referensi

Orringer, Julie. 2010. The Invisible Bridge. New York: Alfred A. Knopf.

Woods, Jim. 2017. “Alfred Tibor | 1920-2017: Prolific sculture shaped by Holocaust”. <http://www.dispatch.com/news/20170319/alfred-tibor--1920-2017-prolific-sculptor-shaped-by-holocaust>. Diakses 10 Agustus. 2017.

Ervin, Andrew. 2010. “When Europe Wept”. <https://www.nytimes.com/2010/05/30/books/review/Ervin-t.html?_r=1>. Diakses 10 Agustus. 2017.

Gordon, Ken. 2011. “The true story of sculpture figures in war novel”. <http://www.dispatch.com/content/stories/life_and_entertainment/2011/10/16/true-story-of-sculptor-figures-in-war-novel.html>. Diakses 10 Agustus. 2017.

https://en.wikipedia.org/wiki/Julie_Orringer

Komentar

Postingan Populer