Happily Ever After with A Rapist, Is it Possible?
Novel Karmila karya Marga T. Sumber gambar: https://images.gr-assets.com/books/1277969339l/1761041.jpg |
Happily Ever After with A Rapist, Is it Possible?
Living a happily-ever-after life with arapist, is it
possible?
Pertanyaan ini muncul di pikiran saya setelah saya selesai
membaca Karmila karya Marga T, seorang penulis kenamaan Indonesia. Karmila sendiri merupakan novel yang
sukses dan telah diadaptasi menjadi film dan sinetron. Saya tidak bilang karya
yang satu ini buruk, hanya saja saya sangat tidak suka dengan gagasan yang ada
di novel ini, kehidupan rumah tangga (dengan si pemerkosa) yang bisa dibilang
bahagia.
Kisah Karmila di
novel ini berawal saat ia menghadiri sebuah pesta bersama temannya. Karmila
yang ditinggalkan sendiri dihampiri oleh Feisal, seorang anak pengusaha
terkemuka di Indonesia. Penolakan kehadiran Feisal oleh Karmila membuat Feisal
geram. Dengan bujuk rayu Feisal, Karmila berhasil diyakinkan untuk menerima
traktiran minuman oleh Feisal. Tentu saja, minuman itu sudah dibubuhi sesuatu
agar Karmila tidak sadarkan diri. Malam itulah Feisal memerkosa Karmila.
Kehidupan Karmila
setelah malam itu tentu saja ‘hancur’. Semua rencana-rencana hidup yang
telah disusunnya matang-matang jadi berantakkan karena kejadian tersebut.
Terlebih lagi, dalam perutnya tersimpan kehidupan, dalam rahimnya tumbuh
jejak-jejak “malam terkutuk” itu. Karmila hamil dan memutuskan menunda kuliah
kedokterannya. Ia menenangkan diri di rumah bibinya sambil terus membaca
diktat-diktat kuliahnya.
Hal pertama yang tidak saya mengerti adalah, Karmila yang
tidak menuntut Feisal atas tindakan pemerkosaan yang dilakukan Feisal.
Alasannya adalah, tidak akan ada yang berubah walaupun Karmila menuntut. Feisal
telah merebut apa yang tidak bisa dikembalikan dan walaupun Karmila menuntut
Feisal, apa yang hilang darinya tidak dapat kembali. Walaupun Feisal tetap
masuk penjara karena menjual obat-obatan terlarang, tetap saja tidak adanya
tuntutan tindak kriminal Feisal bagaikan menghadiahkan pencuri emas dan berlian.
Beruntung, Feisal tahu diri dengan tidak lagi mempermainkan anak gadis orang
dan menyesali kesalahannya. Kalau dia bajingan garis keras, bagaimana?
Rupanya tindakan Karmila membuat Feisal semakin menyukai
Karmila dan berusaha mendapat maaf dari Karmila. Tapi di tengah usahanya
meminta maaf pada Karmila, Feisal tahu Karmila sedang mengandung anaknya. Saat
itulah Feisal menawarkan diri untuk menikahi Karmila. Karmila menyetujui
pernikahan itu dengan berat hati demi anaknya. Pernikahan itupun bersyarat,
yaitu hanya sampai anak Karmila dan Feisal lahir.
Awalnya, Karmila
sangat membenci keberadaan Feisal yang sering mengantarnya ke dokter kandungan.
Saat Fani lahir pun, Karmila menolak menyusui Fani. Karmila sampai harus
dibayar oleh Feisal demi menyusui Fani. Saat Karmila dan Feisal bercerai pun,
Fani tinggal bersama Feisal. Namun, sikap anti-feisal ini tiba-tiba berubah
saat Fani sakit keras. Karmila yang saat itu akan berangkat ke Australia dan
hidup bersama Edo membatalkan rencananya dan memutuskan tinggal di Indonesia
dan menikah lagi dengan Feisal. Dan kebencian Karmila pada Feisal entah hilang
kemana.
Hal kedua yang
tidak saya mengerti adalah keputusan Karmila untuk meneruskan pernikahan dengan
Feisal, padahal pacarnya, Edo, selalu setia menunggunya, dalam keadaaan apapun.
Karmila bisa saja meninggalkan Feisal dan anaknya, Fani, lalu hidup bersama Edo
di Australia, tapi Karmila memilih tetap bersama Feisal. Saya pikir karena
Fani, tapi lama-kelamaan sepertinya Karmila dan Feisal saling mencintai karena
beberapa tahun kemudian, Karmila sudah melahirkan anak keduanya, dan kelak anak
ketiganya. Selain itu, keluarga mereka memang terlihat sempurna. Ayahnya
seorang pebisnis, ibunya seorang dokter, anak-anaknya baik dan lucu. Apa yang
kurang?
Ada yang menarik
sekaligus menyebalkan dalam hubungan Karmila dan Feisal, yaitu bagaimana Feisal
memperlakukan Karmila di saat-saat terntentu, contohnya saat Karmila sering
dikunjungi Edo, bahkan Edo sampai membuntutinya ke villa keluarga. Karmila
sepertinya memang masih menyimpan rasa pada Edo, tapi ia tidak berniat
meninggalkan Feisal dan anak-anaknya. Tapi, Feisal mengira Karmila berselingkuh
dengan Edo. Disinilah. Feisal menyebut Karmila dengan sebutan “setan
perempuan.”
Menurut saya, frasa itu adalah frasa yang paling tidak
pantas diucapkan oleh Feisal. Pertama,
menurut saya itu kasar sekali, sekaligus menempatkan Karmila di deretan makhluk
rendah (setan). Kedua, Feisal adalah orang yang merusak kemungkinan masa depan
Karmila dan Edo (saat Feisal memerkosa Karmila, saat itu Karmila dan Edo sedang
berpacaran). Ketiga, Karmila sudah begitu baik hati menerima Feisal dan rela
berkeluarga dengan orang yang memerkosanya. Keempat, Karmila sudah berkorban
begitu banyak, apalagi dengan melepas lelaki baik macam Edo. Feisal yang
cemburu seperti orang yang tidak tahu diri saat ia menyebut Karmila “setan
perempuan“ karena mengira Karmila berselingkuh dengan Edo (padahal Karmila
jelas-jelas menolak Edo).
Hal ketiga dan
terakhir, adalah “legalisasi“ malam terkutuk (malam ketika Feisal memerkosa
Karmila) menjadi malam yang baik-baik saja, yang tidak pernah disesali keduanya
karena kalau malam itu tidak pernah ada, mereka tidak akan pernah menjadi suami
dan istri, tidak akan pernah mendapat keluarga yang sebegitu baiknya dengan
anak-anak yang rupawan. Perubahan tindakan buruk menjadi sesuatu yang patut
disyukuri dan tidak apa-apa, padahal tindakan tersebut sungguh biadab.
Saya masih mau
berpikiran positif. Terlepas dari ketidakrasionalan keputusan Karmila, novel
ini menawarkan penebusan dosa, kesempatan kedua, dan pengambilan keputusan
dengan hati nurani. Semua hal baik untuk menghapus yang buruk dan melahirkan
kembali kebaikan. Karmila tetap membuka sisi manusianya yang lembut untuk
membuat Feisal menjadi pribadi yang lebih baik bahkan menjadi orang yang
beragama.
Tapi, tetap saja. Menurut saya living a happily-ever-after
life with your rapist adalah tidak mungkin. Bolehkah saya bilang jika Karmila
mau dinikahi Feisal dan akhirnya hidup bahagia dengan Feisal karena Feisal itu
ganteng, kaya, dan tahu diri? Not all rapist similar to Feisal, aren’t they?
And even they similar to Feisal, does it assure they will treat you well? It’s
impossible to live with someone who doesn’t respect you in the first place. In Karmila's case, when the first time he meets her.
Komentar
Posting Komentar